"Kinerja sektor infrastruktur tahun depan diperkirakan akan bertahan ketimbang sektor lainnya, terutama didorong oleh program pemerintah," ujar Direktur Asia Financial Network (AFN), Pribadi Agung dalam paparan di Sari Kuring, SCBD, Jakarta, Senin (15/12/2008).
Agung menjelaskan, perlambatan sektor ekonomi Indonesia akibat pengaruh krisis global masih akan berlangsung tahun depan. Untuk mengantisipasinya, pemerintah akan menggenjot sektor infrastruktur agar roda ekonomi tetap tumbuh positif.
"Kontruksi sebagai salah satu sektor infrastruktur akan ikut tumbuh positif, tentunya selain sektor konsumsi yang masih tetap akan tinggi tahun depan," jelas Agung.
Agung mengungkapkan, saham-saham sektor ini memang tidak terlalu atraktif sepanjang tahun 2008. Namun, untuk investasi jangka panjang saham-saham sektor ini memiliki prospek yang baik karena dukungan program pemerintah.
"Dari segi PBV (price book value), saham-saham sektor kontraktor infrastruktur sudah sangat murah jika dibandingkan dengan tahun lalu. Artinya, discount saham-saham sektor ini cukup untuk menjadi alasan melakukan pembelian," ujarnya.
Saat ini, emiten-emiten di sektor ini ada sebanyak 6 emiten yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), PT Duta Graha Indah Tbk (DGIK), PT Truba Alam Manunggal Engineering Tbk (TRUB) dan PT Jaya Konstruksi Tbk (JKON).
"Kalau dari segi likuiditas, urutannya dari yang paling likuid adalah WIKA, TOTL, ADHI, TRUB, DGIK dan JKON," ujar Chief Analyst AFN, Rowena Suryobroto.
Untuk segi profitabilitas, ia melanjutkan, urutannya dari yang teratas adalah TRUB, DGIK, WIKA, ADHI, TOTL dan JKON.
"Dari segi penjualan urutannya, WIKA, ADHI, TRUB, TOTL, DGIK, JKON. Dari segi working capital urutannya TRUB, ADHI, WIKA, DGIK, TOTL dan JKON," paparnya.
Dari segi pertumbuhan penjualan, ia menambahkan, urutannya WIKA, TRUB, DGIK, TOTL, ADHI dan JKON. Dari segi rasio utang berbanding ekuitas (DER) urutannya DGIK, WIKA, TOTL, JKON, ADHI.
"Untuk melakukan investasi, tergantung pada karakter investor melihat dari sudut pandang apa," ujar Agung.
Kendati demikian, Agung menilai sudut pandang yang cocok digunakan dalam melakukan investasi adalah melihat pada emiten mana yang menjadi pemimpin pasar.
"Tentunya dalam kondisi saat ini, melihat pada market leader merupakan cara yang efektif untuk melakukan investasi. Contohnya investasi di WIKA atau DGIK," ujarnya.(dro/ir)
Sumber detik finance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar