Schumpeter Memopulerkan teori siklus ekonomi.
Krisis di Amerika Serikat telah memantik krisis finansial global. Rontoknya lembaga keuangan raksasa, seperti Bear Stearns & Co Inc dan Merrill Lynch, akibat subprime mortgage telah menyeret Eropa dan Jepang ke dalam kesulitan. Kini kita tahu, hampir semua lembaga keuangan Amerika tersandung seperti Bear Stearns dan Merril Lynch.
Instabilitas finansial yang berlarut-larut itu akhirnya menyeret Amerika ke dalam situasi sulit. Sektor produktif terganggu, kinerja ekonomi secara keseluruhan merosot, dan hajat hidup orang banyak ikut runyam. Turunnya kinerja ekonomi Amerika sebagai negeri yang menyumbang 25% bagi perekonomian dunia jelas akan menyeret dunia dalam kesulitan. Pada Maret 2008, IMF memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika hanya 0,5% dari sebelumnya yang diperkirakan 1,9%. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global pun akan turun dari 4,1% menjadi 3,7% saja.
Merosotnya keperkasaan ekonomi Amerika itu membuat para aktor ekonomi mencari lahan baru untuk mencetak laba. Brasil,
Terkait dengan rontoknya ekonomi Amerika itu, pada teori siklus bisnis Schumpeter. disebutkan, bahwa pada saat booming ekonomi, kredit akan bergerak tak terkendali, lalu moral hazard (keserakahan) merajalela, hingga masa-masa kemakmuran berbalik menjadi krisis. Kredit tak terkendali itu kini muncul dalam bentuk produk-produk keuangan yang sebagian mengandung bahaya (toxic derivative).
Lantas, apa bedanya bencana finansial di Amerika Serikat dengan krisis
Yang pertama menunjuk pada situasi ketika para pebisnis sembrono menggunakan pinjaman jangka pendek untuk membiayai bisnis jangka panjang. Yang kedua merujuk pada spekulasi yang menggunakan kredit valuta asing untuk bisnis domestik, yang riskan jika terjadi gejolak nilai tukar.
Pada mulanya, semua baik-baik saja. Sistem nilai tukar yang dipatok pada kurs tertentu membuat para debitur itu merasa aman, tanpa harus menjaga utangnya dengan upaya lindung nilai. Situasi sontak berubah ketika nilai tukar mata uang dibiarkan mengambang di pasar. Nilai tukar bergejolak. Perusahaan-perusahaan besar yang punya kewajiban dalam dolar mengalami masalah gagal bayar (default).
Analisis balance sheet atas laporan keuangan 179 perusahan yang semuanya tercatat di Bursa Efek
(Sumber Buku Bencana Finansial oleh A. Prasetyantoko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar